Anggaran Pendidikan Kota Batu Dipangkas Rp18,6 Miliar. Kebijakan anggaran Pemerintah Kota (Pemkot) Batu pada tahun 2026 mendatang menempatkan sektor pendidikan pada posisi yang menantang. Dinas Pendidikan (Dindik) Kota Batu di paksa melakukan reposisi kebijakan secara fundamental menyusul penyusutan drastis pada pagu anggaran yang dialokasikan untuk sektor vital ini.
Pemangkasan dana yang cukup signifikan ini tidak hanya menuntut adanya efisiensi di berbagai lini. Tetapi juga memaksa Dindik untuk menjamin mekanisme pembiayaan operasional sekolah berjalan lebih presisi agar kualitas layanan belajar mengajar tidak terganggu.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Batu, M. Chori, pada Kamis (11/12/2025), mengungkapkan kekhawatiran terkait proyeksi anggaran tahun depan. Pagu anggaran pendidikan untuk tahun 2026 diproyeksikan turun dari angka Rp246 miliar menjadi hanya Rp227,4 miliar. Artinya, terdapat pengurangan anggaran sekitar Rp18,6 miliar yang harus segera diantisipasi.
Reposisi Fundamental Pasca Pemangkasan Anggaran
Penurunan alokasi fiskal ini menuntut Dindik untuk segera merumuskan ulang strategi pengelolaan dana. M. Chori menegaskan bahwa kebijakan ini adalah panggilan untuk restrukturisasi yang tidak bisa ditunda. Reposisi kebijakan harus dilakukan secara fundamental, bukan sekadar penyesuaian minor, demi menyelaraskan program kerja dengan ketersediaan dana yang lebih terbatas.
“Ini adalah tantangan yang harus kami hadapi secara profesional. Kebijakan anggaran Pemkot Batu menuntut kami untuk segera merasionalisasi program-program non-inti dan memperkuat pengawasan di setiap pos pengeluaran. Efisiensi mutlak harus dilakukan,” jelas Chori.
Fokus utama Dindik dalam kebijakan baru ini adalah memilah mana program yang memiliki dampak langsung terhadap mutu pendidikan dan mana yang masih bisa ditunda atau dipangkas biayanya. Tujuan akhirnya adalah mempertahankan kualitas layanan pendidikan yang sudah ada, khususnya di tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang berada di bawah kewenangan Pemkot.
Strategi Efisiensi dan Jaminan Kualitas Layanan
Dalam upaya mencapai efisiensi, Dindik Kota Batu akan memprioritaskan pengurangan biaya operasional yang bersifat administratif dan overhead. Beberapa pos yang berpotensi menjadi korban rasionalisasi antara lain adalah alokasi untuk perjalanan dinas, workshop berskala besar, serta pengadaan barang dan jasa yang tidak krusial.
Namun, Chori menekankan bahwa komitmen terhadap kesejahteraan pendidik dan pemenuhan kebutuhan dasar belajar mengajar tidak boleh dikorbankan. Gaji guru, tunjangan, dan alokasi dana untuk pemeliharaan rutin fasilitas dasar sekolah akan tetap menjadi prioritas utama.
“Kami harus memastikan bahwa pemangkasan anggaran tidak berdampak pada semangat kerja para guru. Layanan inti seperti proses belajar mengajar (KBM) harus terus berjalan stabil. Oleh karena itu, skema pembiayaan sekolah harus kami buat lebih presisi, seperti kalkulasi ulang kebutuhan tools dan materi ajar,” tambahnya.
Tantangan Pembiayaan Presisi di Sekolah
Tantangan terbesar Dindik adalah bagaimana mengimplementasikan mekanisme pembiayaan yang presisi di lapangan. Pembiayaan yang presisi berarti setiap rupiah yang di keluarkan harus memiliki justifikasi yang kuat dan memberikan dampak langsung terhadap peningkatan kompetensi siswa.
Dindik perlu bekerja sama dengan kepala sekolah dan komite sekolah untuk meninjau kembali Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) agar tidak terjadi defisit atau turbulensi dana di tengah tahun ajaran. Hal ini termasuk mencari sumber pendanaan alternatif yang legal, atau memaksimalkan penggunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dari pusat secara lebih strategis.
Dampak Potensial terhadap Program Non-Inti
Pemotongan anggaran sebesar Rp18,6 miliar ini di prediksi akan berdampak pada penundaan sejumlah proyek pembangunan infrastruktur fisik. Seperti rehabilitasi gedung yang tidak mendesak, atau pengadaan teknologi pendidikan baru yang memerlukan investasi besar. Inisiatif inovasi di luar kurikulum inti yang memerlukan dukungan finansial signifikan juga berpotensi terhambat sementara waktu. Kota Batu kini berada di persimpangan jalan. di mana kebijakan fiskal yang ketat harus di jawab dengan kreativitas dan manajemen keuangan yang cerdas. M. Chori menyatakan optimisme bahwa melalui kerjasama semua pihak, tantangan ini dapat di atasi tanpa mengorbankan masa depan pendidikan di Kota Batu.

